The Father of 3D Printing
Teknologi semakin berkembang dengan pesat. Tidak terkecuali di Indonesia, perkembangan teknologi ini terlihat mengalami kecenderungan yang positif di berbagai bidang. Baik itu perkembangan teknologi di bidang primer, maupun di bidang sekunder, bahkan tersier. Salah satu bidang teknologi yang berkembang dengan pesat dan diprediksi akan terus berkembang adalah teknologi printing.
Teknologi printing tidak terbatas untuk media kertas, plastik, maupun bidang datar lainnya. Teknologi printing saat ini mampu mencetak suatu benda secara tiga dimensi (3D) sesuai dengan bentuk gambar soft file-nya. Kebanyakan, teknologi printing ini digunakan untuk membuat atau mencetak sebuah benda prototype ataupun benda yang tidak diproduksi secara massal. Aplikasi teknologi 3D printing ini dapat dijumpai di bidang industri, kesehatan, arsitektur, fashion, bahkan makanan.
The Father of 3D Printing
Sejarah perkembangan teknologi 3D printing tidak akan terlepas dari seorang Charles W. Hull atau sering disapa Chuck Hull. Ia lahir pada 12 Mei 1939 di Clifton, Colorado. Pada tahun 1961, pria yang dikenal sebagai “The Father of 3D Printing” ini berpindah ke California.
Gambar: Charles W. Hull “The Father of 3D Printing”
Sumber: https://www.theguardian.com/business/2014/jun/22/chuck-hull-father-3d-printing-shaped-technology
Pada tahun 1984, Chuck Hull mengembangkan metode Stereolithography Apparatus (SLA) 3D Printer. Ini merupakan metode komersial pertama kali yang digunakan pada teknologi 3D printing. Metode ini memanfaatkan seberkas sinar ultraviolet yang ditembakkan ke permukaan sebuah wadah (vat) yang berisi cairan photopolymer (resin). Cairan tersebut akan langsung mengeras saat sinar laser mengenai permukaannya. Metode ini berkerja dengan prinsip “layer by layer” (lapisan demi lapisan). Setelah satu layer selesai dikerjakan, sebuah platform yang membawa sejenis alat penyapu (recoater blade) digerakkan turun untuk membersihkan sisa-sisa resin di permukaan layer. Langkah selanjutnya adalah menembakkan kembali berkas sinar ultraviolet di atas layer yang telah dibersihkan. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1986, setelah metode Stereolithography Apparatus (SLA) 3D Printer berhasil dikembangkan, Chuk Hull mematenkannya.
Summarized by: Ikhwan Taufik
1 Comment
bermanfaat