Mesin 3D Printing HAL Tech-01 Warnai Indodefence 2018
Mesin 3D Printing HAL Tech-01 series kembali membawa nama UGM di pameran pertahanan kancah internasional dengan judul
Mesin 3D Printing HAL Tech-01 series kembali membawa nama UGM di pameran pertahanan kancah internasional dengan judul
Artikel kali ini akan sedikit memberikan pengetahuan tentang model-model mesin 3D Printer. Model-model 3D Printer yang umum
Saat ini, menciptakan bagian tubuh manusia dengan teknologi 3D Printing bukanlah hal yang mustahil. Misalnya, apabila ada orang yang mengalami kecelakaan dan kehilangan salah satu kakinya. Pembuatan kaki palsu manusia seperti ini bisa dilakukan dengan proses 3D Printing untuk menghasilkan bentuk dan ukuran kaki yang sama dengan kaki aslinya.
Gambar 1. 3D Printing untuk Membuat Kaki Palsu
Sumber: http://www.makepartsfast.com/3d-printers-deliver-competitive-alternative-to-traditional-prosthetic-limbs/
Dalam bidang kajian teknologi manufaktur, proses fabrikasi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok utama, yaitu Subtractive, Formative, dan Additive.
Gambar 1. Ilustrasi Proses Pemesinan
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Subtractive manufacturing adalah proses manufacturing dengan cara menghilangkan sebagian dari dimensi benda kerja. Contoh proses pemesinan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah proses membubut (turning), proses menggurdi (drilling), dan proses mengefreis (milling).
Tidak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi memang melaju sangat cepat. Perkembangan ini mempunyai dampak terhadap kehidupan manusia. Baik dampak secara sosial, ekonomi, maupun budaya di dunia. Tidak terlepas pula dampak yang terasa di dunia industri. Sampai saat ini, perkembangan dunia industri telah melewati beberapa masa. Dari beberapa kali dunia industri mengalami masa revolusi, mulai dari revolusi industri 1.0 sampai 4.0, peran teknologi menjadi ujung tombak yang sangat penting.
Gambar 1. Ilustrasi Perjalanan Revolusi Industri
Sumber: https://erichfelbabel.com/2018/03/07/industry-4-0-are-you-ready/
Teknologi printing tidak terbatas untuk media kertas, plastik, maupun bidang datar lainnya. Teknologi printing saat ini mampu mencetak suatu benda secara tiga dimensi (3D) sesuai dengan bentuk gambar soft file-nya. Kebanyakan, teknologi printing ini digunakan untuk membuat atau mencetak sebuah benda prototype ataupun benda yang tidak diproduksi secara massal. Aplikasi teknologi 3D printing ini dapat dijumpai di bidang industri, kesehatan, arsitektur, fashion, bahkan makanan.
Sejarah perkembangan teknologi 3D printing tidak akan terlepas dari seorang Charles W. Hull atau sering disapa Chuck Hull. Ia lahir pada 12 Mei 1939 di Clifton, Colorado. Pada tahun 1961, pria yang dikenal sebagai “The Father of 3D Printing” ini berpindah ke California.
Gambar: Charles W. Hull “The Father of 3D Printing”
Sumber: https://www.theguardian.com/business/2014/jun/22/chuck-hull-father-3d-printing-shaped-technology
Pada tahun 1984, Chuck Hull mengembangkan metode Stereolithography Apparatus (SLA) 3D Printer. Ini merupakan metode komersial pertama kali yang digunakan pada teknologi 3D printing. Metode ini memanfaatkan seberkas sinar ultraviolet yang ditembakkan ke permukaan sebuah wadah (vat) yang berisi cairan photopolymer (resin). Cairan tersebut akan langsung mengeras saat sinar laser mengenai permukaannya. Metode ini berkerja dengan prinsip “layer by layer” (lapisan demi lapisan). Setelah satu layer selesai dikerjakan, sebuah platform yang membawa sejenis alat penyapu (recoater blade) digerakkan turun untuk membersihkan sisa-sisa resin di permukaan layer. Langkah selanjutnya adalah menembakkan kembali berkas sinar ultraviolet di atas layer yang telah dibersihkan. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1986, setelah metode Stereolithography Apparatus (SLA) 3D Printer berhasil dikembangkan, Chuk Hull mematenkannya.
Summarized by: Ikhwan Taufik
Dari sudut pandang ilmiah, pembangunan seribu candi dalam waktu yang sangat singkat merupakan sesuatu yang mustahil pada waktu itu. Namun, saat ini teknologi sudah sangat berkembang dan memasuki zaman revolusi industri 4.0. Semua dituntut serba cepat. Membuat bangunan dalam waktu sangat singkat saat ini bukanlah hanya sebuah cerita belaka. Membuat rumah dalam waktu singkat sudah bisa diwujudkan dengan teknologi 3D Printing.
Gambar 1. Rumah yang Dibangun Menggunakan Teknologi 3D Printing
Source: http://apis-cor.com/en/about/news/first-house
Dinukil dari situs resmi http://apis-cor.com/en/, perusahaan pengembang 3D Apis Cor telah mengklaim pihaknya telah berhasil membuat mesin 3D Printing yang bisa membangun struktur dasar rumah seluas 38 meter persegi. Perusahan pengembang dari Rusia ini telah mengembangkan teknologi 3D Printing sejak tahun 2016.
Gambar 2. Proses Pembangunan Rumah Menggunakan Teknologi 3D Printing
Source: http://apis-cor.com/en/about/news/first-house
Saat ini, pihaknya telah mengklaim mampu membangun struktur dasar sebuah rumah dalam waktu 24 jam. Walaupun masih harus mendapatkan sentuhan finishing dari tangan manusia untuk membuat jendela, pintu, pengecatan, dan interior, hal tersebut merupakan pencapaian yang sangat luar biasa.
Gambar 3. Mesin 3D Printing Apis Cor untuk Mengeprint Bangunan
Source: http://apis-cor.com/en/
Ke depan, Indonesia juga harus mempunyai mimpi besar yang harus jadi kenyataan. Legenda pembangunan seribu candi oleh Bandung Bondowoso harus benar-benar terjadi. Membangun seribu candi dalam waktu satu malam menggunakan teknologi 3D Printing harus bisa menjadi kenyataan. Dengan teknologi 3D Printing, membangun rumah dalam 24 jam, bisa!
Gambar 4. Miniatur Candi Prambanan Hasil Printing 3D
Sumber: Dokumen Pribadi
oleh: Ikhwan Taufik